Kamis, 06 Januari 2011

Selasa, 11 Agustus 2009

PENYUSUTAN

Definisi dan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Pengertian penyusutan atau depresiasi menurut Zaki Baridwan, (2004:305) adalah sebagai berikut “ depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya stai periode akuntansi”.
Menurut PSAK No. 17 (2004.17.1) pengertian penyusutan (depresiasi) adalah sebagai berikut:
“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”.
Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang:
a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
b. Memiliki suatu manfaat yang terbatas
c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.
Menurut Sofyan Harahap (1999:53) yang dimaksud dengan penyusutan adlah: “ Pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaanya atau dapat juga kita sebut sebagai biaya dibebankan terhadap produksi akibat pengunaan aktiva tetap itu dalam prose produksi”.
Penting bagi kita untuk memperhatikan akuntansi penyusutan terhadap akuntansi tetap, karena penyusutan merupakan pengalokasian biaya. Karena kesalahan dalam pengalokasian biaya akan mempengaruhi perhitungan laba rugi.
Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang diharapkan untuk digunakan dalam proses produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aktiva atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi dengan nilai sisanya.
Faktor-faktor yang dapat menentukan beban penyusutan adalah:
a. Harga pokok atau perolehan
Adalah jumlaah uang atau yang dapat disetarakan dengan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva yang diperlukan.
b. Nilai residu atau nilai sisa
Adalah jumlah yang dapat diterima jika kativa tetap tersebut dijual, ditukar atau cara lain ketika aktiva tetap tersebut sudah tidak digunakan dikurangi biaya yang terjadi saat menjual atau menukar.
c. Umur teknis atau manfaat
Adalah taksiran jangka waktu atau periode dimana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva tetap tersebut. Masa manfaat aktiva tetap dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor fisik dan faktor fungsional. Faktor fisik adalah faktor yang mengurangi fungsi dari aktiva tetap. Sedangkan faktor fungsional yaitu faktor yang membatasi umur dari aktiva tetap.
d. Metode penyusutan yang digunakan untuk menyusutkan aktiva tetap.
Jumlah aktiva yang dapt disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis dan rasional. Metode manapun yang dipilih harus digunakan secara konsisten, tanpa memandang tingkat probabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan. Hal ini dilakukan agar dapat menyediakan daya hasil banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Untuk dapat memilih salah satu metode perlu dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut. Dari sekian banyak metode penyusutan yang umum dipergunakan adalah sebagai berikut.
a. Metode garis lurus (Straight Line Method)
Metode ini merupakan suatu bentuk perhitungan beban penyusutan untuk aktiva tetap, dimana besarnya beban penyusutan ditentukan sama setiap tahunnya, tidak menghiraukan kegiatan dalam periode tersebut.
Metode gari lurus sebaiknya digunakan untuk menghitung penyusutan aktiva tetap seperti gedung, mebel, ala-alat kantor, dan lain-lain.
Beban penyusutan pertahun = Harga Peroelehan – Nilai Residu
Taksiran Masa Manfaat (tahun)
Definisi dan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Pengertian penyusutan atau depresiasi menurut Zaki Baridwan, (2004:305) adalah sebagai berikut “ depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya stai periode akuntansi”.
Menurut PSAK No. 17 (2004.17.1) pengertian penyusutan (depresiasi) adalah sebagai berikut:
“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”.
Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang:
a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
b. Memiliki suatu manfaat yang terbatas
c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.
Menurut Sofyan Harahap (1999:53) yang dimaksud dengan penyusutan adlah: “ Pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaanya atau dapat juga kita sebut sebagai biaya dibebankan terhadap produksi akibat pengunaan aktiva tetap itu dalam prose produksi”.
Penting bagi kita untuk memperhatikan akuntansi penyusutan terhadap akuntansi tetap, karena penyusutan merupakan pengalokasian biaya. Karena kesalahan dalam pengalokasian biaya akan mempengaruhi perhitungan laba rugi.
Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang diharapkan untuk digunakan dalam proses produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aktiva atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi dengan nilai sisanya.
Faktor-faktor yang dapat menentukan beban penyusutan adalah:
a. Harga pokok atau perolehan
Adalah jumlaah uang atau yang dapat disetarakan dengan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva yang diperlukan.
b. Nilai residu atau nilai sisa
Adalah jumlah yang dapat diterima jika kativa tetap tersebut dijual, ditukar atau cara lain ketika aktiva tetap tersebut sudah tidak digunakan dikurangi biaya yang terjadi saat menjual atau menukar.
c. Umur teknis atau manfaat
Adalah taksiran jangka waktu atau periode dimana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva tetap tersebut. Masa manfaat aktiva tetap dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor fisik dan faktor fungsional. Faktor fisik adalah faktor yang mengurangi fungsi dari aktiva tetap. Sedangkan faktor fungsional yaitu faktor yang membatasi umur dari aktiva tetap.
d. Metode penyusutan yang digunakan untuk menyusutkan aktiva tetap.
Jumlah aktiva yang dapt disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis dan rasional. Metode manapun yang dipilih harus digunakan secara konsisten, tanpa memandang tingkat probabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan. Hal ini dilakukan agar dapat menyediakan daya hasil banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Untuk dapat memilih salah satu metode perlu dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut. Dari sekian banyak metode penyusutan yang umum dipergunakan adalah sebagai berikut.
a. Metode garis lurus (Straight Line Method)
Metode ini merupakan suatu bentuk perhitungan beban penyusutan untuk aktiva tetap, dimana besarnya beban penyusutan ditentukan sama setiap tahunnya, tidak menghiraukan kegiatan dalam periode tersebut.
Metode gari lurus sebaiknya digunakan untuk menghitung penyusutan aktiva tetap seperti gedung, mebel, ala-alat kantor, dan lain-lain.
Beban penyusutan pertahun = Harga Peroelehan – Nilai Residu
Taksiran Masa Manfaat (tahun)
Misalnya, sebuah aktiva tetap berupa mesin dibeli dengan harga perolehan Rp. 10.000.000,00 dengan nilai sisa (residu) sebesar Rp.2.000.000,00 dan umur ekonomisnya ditaksir selama 4 tahun.
Deperesiasi setiap tahunnya dihitung sebagai berikut.
Deperesiasi = Rp.10.000.000,00 – Rp.2.000.000,00
4 Tahun
= Rp.2.000.000,00
c. Metode Jumlah-Angka-Tahun ( sum- of the- year’s- digit method)
Metode jumlah angka –tahun mengalokasikan penyusutan dengan mengalihkan biaya perolehan aktiva yang tersusutkan (Biaya perolehan- Nilai residu) dengan tariff penyusutan. Tarif penyusutan yang dipakai dengan metode jumlah angka tahun adalah fraksi (fraction) yang menjadi semakin kecil setiap tahunnya. Pembilang (numetor) fraksi, yang menurun tiap tahun, adalah jumlah tahun sisa manfaat aktiva pada awal tahun berjalan. Penyebut (denominator), yang besarnya selalu sama, adalah jumlah tahun yang menunjukkan masa manfaat aktiva. Rumus untuk menghitung beban penyusutan adalah sebagai berikut.
Depresiasi = Biaya Perolehan x Periode Manfaat yang Tersisa
Yang Tersusutkan Jumlah Angka Tahun

Dengan memakai contoh sebelumnya, jika mesin tadi mempunyai masa manfaat 4 tahun maka penyebutnya (jumlah-angka-tahun)ditentukan dengan cara menambahkan angka 4 + 3 + 2 + 1 Sehingga diperoleh jumlah 10. Rumus untuk menghitung penyebut adalah.
Jumlah angka tahun = N (N+1)
2
Dimana n adalah masa manfaat aktiva yang dinyatakan dalam tahun. Untuk mesin yang masa manfaat 4 tahun, maka N = 4 sehingga jumlah angka tahunnya adalah 4(4+1)/2 = 10. fraksi untuk penyusutan setiap tahun akan menjadi:
*Tahun 1 2 2 2
*Fraksi Penyusutan 4/10 3/10 2/10 1/10
d. Metode Jam Jasa (Service Hours Method)
Metode ini didasrkan pada anggapan bahwa nilai aktiva tetap adalah sejumlah jam produksi sehingga taksiran umur aktiva tetap tergantung pada jumlah jam kerja produksi yang dipakai. Dalam hal ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa atau pemakain.. beban depresiasi periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang dipakai/ digunakan.
Untuk dapat menghitung beban depresiasi penyusutan dapat dihitung tarif depresiasi untuk tiap unit produk. Kemudian hasilnya dikalihkan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut. misalnya, mesin dengan harga perolehan Rp600.000,00 dengan nilai sia sebesar Rp.40.000,00 mesin ditaksir selama umur penggunaan akan mengasilkan 56.000 unit produk.

Depresiasi per unit = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Taksiran Hasil Produksi (unit)
= Rp. 600.000,00 – Rp.40.000,00
56.000 unit
= Rp.10,00
Apabila dalam tahun penggunaan pertama, mesin tersebut menghasilkan 18.000 unit produk, maka beban depresiasi untuk tahu itu adalah 18.000 x Rp. 10,00 = Rp.180.000,00. Apabila disusun dalam bentuk table, maka perhitungan depresiassi adalah sebagai berikut

PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN AKTIVA TETAP

Pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap akan timbul selama kita menggunakan aktiva tetap. Biasanya pengeluaran itu mempunyai pengaruh terhadap harga pokok yang akan mempengaruhi biaya penyusutan.
Menurut PSAK No. 16 (2004:16. 4):

Pengeluaran-pengeluaran setela perolehan awal suatua aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat keekonomian dimasa yang akan dating dalam bentuk peningkatan kapasitas,, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja harus ditambahkan pada jummlah tercatat ativa yang bersangkutan”.

Pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud dapat menjadi dua, yaitu:
a. Pengeluaran penghasilan atau pendapatan (Revenue Expenditure)
Yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengeluaran-pengeluaran tersebut dicatat dalam rekening biaya dan diakui sebagai beban pada saat terjadi. Pengeluaran ini merupakan pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aktiva tetap untuk menjaga manfaat keekonomian dimasa yang akan datang yang diharapkan perusahaan untuk mempertahankan standar kinerja semula atas suatu aktiva.
b. Pengeluaran Modal ( Capital Expenditure)
Yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran- pengeluaran ini dicatat direkening aktiva atau akumulasi penyusutan.
Berikut ini diuraikan mengenai pengeluaran-pengeluaran yang biasanya terjadi yang menyangkut aktiva tetap yang diuraikan Sofyan syafri Harahap (1999:49) antara lain:
a. Pemeliharaan (Maintenance)
Pengeluaran ini bertujuan untuk memelihara aktiva tetap agar tetap dalam kondisi yang baik dari waktu ke waktu. Pengeluaran ini bersifat biasa dan berulang-ulang serta tidak menambah umur aktiva tetap.
b. Reparasi (Repairs)
Pengeluaran ini bertujuan untuk memperbaiki aktiva dari kerusakan atau mengganti alat-alat yang rusak agar dapat dipergunakan kembali dan berfungsi sebagaimana semestinya.
c. Perbaikan (Betterment atau Improvement)
Merupakan pengeluaran yang bertujuan untuk menyempurnakan suatu aktiva tetap atau membuat perubahan dari bentuk dan kerangka aktiva sehingga meningkatkan kapasitas dan jasa yang diberikan.
d. Penambahan ( Addition)
Penambahan ini bertujuan untuk memeperluas atau memperbesar fasilitas yang dimiliki suatu aktiva tetap, misalnya perluasan bangunan, pembangunan gedung parker, dan lain-lain.
e. Perombakan (Rearrangement)
Pengeluaran ini bertujuan untuk merombak mesin dan peralatan untuk kemudian dipasang kembali sehingga lebih ekonomis dan efisien.
f. Penggantian ( replacement)
Penggantian adalah pengeluaran untuk mengganti aktiva atau suatu bagian dari aktiva tetap dengan unit baru yang sejenis, penggantian ini biasanya terjadi karena aktiva lama sudah tidak lagi berfungsi dengan baik atau rusak

DASAR PENCATATN AKTIVA TETAP

Dasar Pencatatan Aktiva Tetap
Aktiva tetap berujud pada mulanya dicatat sebesar biaya perolehan yaitu harga perolehan awal. Biaya perolehan merupakan jumlah kas atau setara dengan kas yang dikeluarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva mulai dari saat perolehan sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan ditempatkan pada posisisiap untuk dipakai. Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatua aktiva berlaku prinsip yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian hingga aktiva tersebut siap untuk digunakan harus dikapitalisasi.
Aktiva tetap terdiri dari berbagai macam jenis, tiap-tiap jenis mempunyai masalah-masalah khusus masing-masing. Menurut Zaki Baridman (2004:274) aktiva tetap berujud dibagi menjadi:
a. Tanah
Tanah dimilki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Harga pembelian tanah biasanya terdiri dari berbagai elemen seperti
1) Harga beli
2) Komisi pembelian
3) Bea balik nama
4) Biaya penelitian tanah
5) Iuran-iuran atau pajak-pajak selama tanah belum digunakan
6) Biaya merobohkan bangunan lama, biaya perataan tanah
7) Pajak-pajak yang menjadi beban pembelian pada saat pembelian tanah.
b. Bangunan atau Gedung
Bangunan atau gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah atau gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah:
1) Harga beli gedung
2) Biaya perbaikan sebelum gedung dipergunakan
3) Komisi pembelian
4) Bea balik nama
5) Pajak-pajak yang menjadi tangguhan pembeli pada waktu pembelian.
Apabila gedung dibuat atau dibangun sendiri maka harga perolehan gedung terdiri dari biaya-biaya pembuatan gedung, biaya perencanaan, gambar, dan lain-lain, biaya pengurusan izin bangunan, pajak-pajak selama masan pembangunan gedung, bunga selama masa pembuatan gedung, asuransi selam masa pembangunan.
c. Mesin dan alat-alat
Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah:
1) harga beli
2) pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
3) biaya angkut
4) asuransi selama dalam perjalanan
5) biaya pemasangan
6) biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin, apabila mesin itu dibuat sendiri maka harga perolehannya terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin.
d. Alat-alat kerja
Alat-alat yang dimiliki bias berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan seperti drei, catut, pukul besi dan lain-lain. Karena harga perolehannya relative kecil maka biasanya alat-alat ini tidak didepresiasikan, tetapi dianggap sebagai persediaan normal.
e. Perabot (meubelair) dan alat-alat kantor
Yang termasuk perabot adalah elemen-elemen seperti meja, kursi, lemari, sedangkan alat-alat kantor termasuk mesin ketik , mesin hitung dan lain-lain.Yang termasuk harga perolehan perabot atau alat-alat kantor adalah harga beli, biaya angkut, dan pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli.
f. Kendaraan
Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, bea bailk nama, biaya angkut pajak yang dibayar setiap periode seperti pajak kendaraan bermotor , asuransi jasa raharja, dan lain-lain dibebankan sebagai biaya pada periode yang bersangkutan. Harga perolehan kendaraan ini dideperesiasikan selama masa kegunaannya.

CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP

Cara Perolehan Aktiva Tetap dan Dasar Pencatatan Aktiva Tetap
3.1 Cara Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan aktiva tetap.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (1999:25) membagi cara perolehan aktiva tetap sebagai berikut.
a. Pembelian Tunai
Aktiva yang diperoleh dengan cara pembelian secara tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya-biaya lain sehubungan dengan pembelian aktiva itu dikurangi potongan harga yang diberikan baik karena pembelian dalam partai besar maupun karena pembanyaran yang dipercepat.
b. Pembelian dengan Kontrak Jangka Panjang
Saat ini kebanyakan transaksi pemebelian aktiva tetap dilakukan dengan kredit jangka panjang. Hutang ini biasnya dibuktikan dengan melaui wesel (notes), hipotek, surat hutang atau kontrak lain yang menyebutkan cara penyelesain dari hutang tersebut. Hutang ini dibayar dalam beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga.


c. Pembelian dengan surat berharga seperti saham atau obligasi
Jika aktiva tetap diperoleh dengan mengeluarkan saham atau obligasi, maka aktiva itu harus dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembelian. Nilai saham atau obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari nilai pari, selisishnya dicatat sebagai premium ( agio saham) dan jika harga psar lebih rendah dari nilai pari maka selisihnya dicatat sebagai diskon (disagio saham).
d. Aktiva yang dihadiahkan atau ditemukan sendiri
Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditemukan sendiri maka aktiva harus dicatat sebesar harga psar yang wajar atau berdasrakan penilaian yang dilakukan oleh pihak atau perusahaan penilai yang independent (appraisal company) dengan mengkredit akun “modal donasi”.
e. Aktiva yang dibangun sendiri (self- contruction)
Perusahaan sering membangun sendiri aktiva yang dibutuhkannya. Harga pokok dicatat sebesesar beberapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk menbangun aktiva tersebut. Hal ini disesuikan dengan pernyataan dalam PSAK No. 16 dimana disebutkan bahwa biaya perolehan suatu aktiva yang dikontruksi sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang diperoleh, yaitu meliputi semua biaya yang berkenaan dengan konstruksi aktiva tersebut hingga siap digunakan.
f. Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pertukaran
Menurut cara ini, aktiva diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang kita miliki dengan aktiva tetap yang dimiliki oleh pihak lain dimana aktiva yang lama digunakan sebagai pembayar sebagaian atau seluruh atas aktiva yang baru.
Ada dua macam pertukaran aktiva tetap, yaitu:
1). Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukan aktiva tetap yang sifat dan fungsinya berbeda. Biaya dari pos semacam ini, menurut PSAK No. 16 diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh.
2). Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki suatu nilai wajar yang serupa.